Fasad rumah ini langsung menarik perhatian orang. Wujud bangunannya mengekspos komposisi kubus yang diberi aksen berupa bidang melengkung yang aerodinamis dan ‘dibalut’ dengan perpaduan antara material alami dengan fabrikasi.

Hunian ini berdiri pada kaveling huk seluas 500 m2 di sebuah kompleks hunian mewah di Jakarta Utara yang berlokasi tidak jauh dari tepi laut sehingga lingkungannya lebih tenang dan bersih. Namun demikian, rob air laut bisa sewaktu-waktu menggenangi kawasan ini dan menggerus konstruksi maupun bahan besi bangunan jadi berkarat bahkan rusak. Selain itu, bentuk lahannya tidak ideal yaitu trapesium cenderung segitiga sehingga menjadi tantangan dalam menyusun letak ruang maupun posisi bangunan terhadap lahan. Kondisi ini jadi rumit karena pemilik rumah punya banyak kebutuhan ruang diantaranya lima buah kamar tidur dengan fasilitas pendukung, area hiburan dan bermain anak serta kolam renang. Agar hunian ini dapat maksimal menjadi tempat berkumpul rutin bagi anak dan cucunya, pemilik percayakan desain arsitektur dan sebagian interiornya pada Willing Ardian.

Sebagai langkah awal, pemilik dan arsitek sepakat untuk menaikkan permukaan lantai dasar rumah 1,5 m hingga 2 m lebih tinggi dari jalan kompleks. Konstruksi bangunan secara umum menggunakan beton bertulang dengan pondasi model tiang pancang namun pada lantai dasarnya, banyak diterapkan dinding beton bertulang penahan tanah karena sebagian besar ruangan di lantai ini berbatasan langsung dengan tanah hasil timbunan. Selanjutnya, konsep arsitektur hunian disusun sebagai penyikapan terhadap bentuk lahan yang kurang ideal dimana massa bangunan diletakkan di area yang paling luas sedangkan kolam renang berada di ujung lahan berbentuk segitiga dengan memperhatikan jarak garis sepadan bangunan / GSB.
Agar efisien, lantai dasar ditata untuk area servis, home theater dan garasi, sementara itu ruang-ruang utama diletakkan di lantai satu hingga lantai tiga. Arsitek merancang wujud massa bangunan dengan dominasi bentuk kubus geometris dan ‘permainan’ bidang yang dinamis sehingga menguatkan kesan modern.

Sebagian tampak muka rumah menghadap ke arah timur karena itu, arsitek mendesain dua sisi yang berbeda pada fasad hunian. Sisi barat fasad lebih banyak berupa dinding solid sedangkan sisi timurnya didominasi oleh jendela kaca lebar namun dinaungi oleh bidang penyekat luar / secondary skin. Elemen bangunan ini berfungsi untuk menghalangi terik dan silaunya cahaya matahari./ sun shading ke dalam ruang serta melindungi privasi juga keamanan penghuni rumah. Arsitek sengaja merancang atap yang menyatu dengan secondary skin agar menahan kencangnya laju angin dari laut. Karena itu, bentuk atap dan secondary skin didesain melengkung dan bersifat aerodinamis yang mengingatkan pada bentuk sayap pesawat.
Bentuk ini diolah dengan kombinasi antara bidang solid untuk bagian atap dan deretan balok-balok vertikal untuk bagian secondary skin-nya agar dapat mengurangi tekanan dari laju angin. Sebagai aksen, sederet kanopi dan jendela sengaja dibuat menjorok keluar dari atap melengkung. Elemen ini dibuat dari material zinc aluminium warna putih sehingga menambah estetika dan menjadi daya tarik utama tampilan fasad hunian sementara itu, elemen lain seperti kusen dan handel dipiilh dari baja nirkarat yang non korosif juga anti karat. Arsitek memang ingin menciptakan kesan clean look dengan menerapkan warna putih pada sebagian besar dinding luar dan semua dinding dalam, lantai dan plafon rumah. Sebagai aksen, arsitek juga membuat bidang penyekat melengkung di sisi barat fasad rumah namun bedanya, bidang ini dilapisi oleh batu alam demikian pula dinding di huk bangunan.

Uniknya lagi, posisi beberapa dinding pada fasad rumah diatur saling maju mundur secara atraktif termasuk area masuk utama / entrance yang letaknya tidak langsung terlihat oleh tamu yang datang. ke dalam. Entrance dirancang berupa tangga yang mengantar tamu ke pintu masuk utama yang agak ‘tersembunyi’ di lantai satu sehingga memberi pengalaman ruang yang berbeda dari rumah lainnya. Agar tampilan rumah tidak kaku, bentuk bangunan diimbangi oleh desain lansekap berupa pohon kamboja untuk peneduh dan pohon pucuk merah untuk pembatas serta tanaman merambat Lee Kwan Yew pada batas kaveling. Selain itu, arsitek menerapkan prinsip arsitektur tropis pada rumah dengan membuat teritis dan bukaan lebar di tiap ruang untuk optimalkan masuknya cahaya alami dan sirkulasi udara segar ke dalam ruang serta koneksitas indoor-outdoor antara ruang dalam dengan ruang luar.
Lokasi : Rumah tinggal di Jakarta Utara
Arsitek : Willing Ardian